Mohammad Hoesni Thamrin |
Biografi
Lahir di Sawah Besar, Jakarta 16 Februari 1894. Pendidikan
Institut Bosch Koning willem III.
Thamrin adalah tokoh Betawi yang memiliki darah Belanda dari
kakeknya, sedangkan ayahnya seorang Wedana tahun 1908 di bawah Bupati. Setelah
menyelesaikan pendidikannya di sebuah sekolah Belanda Koning Willem II, Thamrin
bekerja di kepemerintahan sebelum akhirnya bekerja di perusahaan perkapalan
Koniklijke Paketvaart-Maatschappij tahun 1927.
Thamrin terpilih menjadi Dewan Kota Jakarta di tahun 1919
kemudian tahun 1935 dipercaya menjadi anggota Volksraad dewan rakyat mewakili
kelompok Probumi/Inlander, tahun 1939 melalui mosinya meminta Indonesia,
Indonesisch, dan Indonesier (Indonesia, Bahasa Indonesia, dan Rakyat Indonesia)
digunakan sebagai pengganti Nederlands Indie, Nederlands Indische dan Inlander.
Berasal dari keluarga menengah dengan sebagian darah Belanda mengaliri tubuhnya
tak membuat luntur Thamrin membela rakyat Indonesia, di dalam Volksraad sering
kali dia menunjukkan perlawanan akan kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak
pada Indonesia dan hanya menguntungkan Belanda seperti pembangunan perumahan
elit Menteng dengan anggaran prioritas daripada perbaikan perkampungan kumuh,
juga penetapan harga beli komoditas hasil rakyat yang lebih rendah daripada
hasil perkebunan swasta Belanda, juga terkait pajak serta anggaran untuk
angkatan perang yang jauh lebih tinggi daripada anggaran untuk pertanian.
***
Sahabat Soekarno ini juga aktif di organisasi Partai
Indonesia Raya (Parindra) sejak bergabung tahun 1935 bahkan tahun 1938 terpilih
sebagai Ketua saat dokter Sutomo. Husni Thamrin merupakan salah satu pelopor
bergabungnya 4 organisasi nasional dalam 1 nama Gaboengan Politiek Indonesia
(GAPI) di bulan Mei 1939 yang memiliki 4 tujuan utama: Indonesia menentukan
nasib sendiri, persatuan nasional, pemilihan secara demokrasi, dan solidaritas
antara warga Indonesia dan Belanda untuk memerangi fasisme.
Thamrin sering disebut satu napas dengan Bung Karno. Ia hadir saat Soekarno diadili, kala dijebloskan
ke penjara, saat Bung Karno dibuang ke Ende. Belanda menghukum Thamrin dengan
tahanan rumah justru setelah Soekarno berkunjung ke rumahnya. Dengan demikian,
Thamrin menjadi tali penghubung (trait d'union) kelompok pergerakan yang
kooperatif dan nonkooperatif, juga antara kelompok pergerakan dengan Volksraad (Dewan Perwakilan Rakyat era HindiaBelanda).
Bila Bung Karno berpidato soal makro, seperti falsafah dan
ideologi negara, Thamrin menukik kepada persoalan mikro, seperti kampung yang
becek tanpa penerangan dan masalah banjir. Ia memprotes mengapa perumahan elite
Menteng yang diprioritaskan pembangunannya, sedangkan kampung kumuh diabaikan.
Ia mempersoalkan harga kedelai, gula, beras, karet rakyat, kapuk, kopra, dan
semua komoditas yang dihasilkan rakyat. Ia berbicara tentang pajak dan sewa
tanah.
Bersama anggota lain di Volksraad, Thamrin mempertanyakan
anggaran pertanian yang hanya 57 juta gulden, sedangkan angkatan darat, laut,
dan polisi 174 juta gulden.
Ia sering kalah dalam pemungutan suara, tetapi tetap
mengajukan mosi bila ada aturan Pemerintah Hindia Belanda yang merugikan
perjuangan kaum pergerakan. Thamrin memang kooperatif, tapi tidak berdasar
loyalitas Belanda. Ia tahu persis bagaimana beroposisi secara santun. Kaum
Betawi yang didirikan tidak begitu berkembang. Walau tanpa organisasi politik,
ia mampu meniti karier politik di Dewan Rakyat.
Thamrin bukanlah kooperatif tanpa reserve. Ia memiliki
prinsip, sebagaimana tercermin dalam pernyataannya "Nasionalis kooperatif
dan nonkooperatif memiliki satu tujuan bersama yang sama-sama yakin pada
Indonesia Merdeka! Jika kami kaum kooperator merasa bahwa pendekatan kami tidak
efektif, maka kami akan menjadi yang pertama mengambil arah kebijakan politik
yang diperlukan." (Handelingen Volkraad, 1931-1932)
Menurut surat kabar Bintang Timur (15/07/1933), Thamrin
adalah kampiun kaum nasionalis di Volksraad yang tak diragukan, yang berani
mengingatkan pemerintah dalam banyak isu penting. Koran Adil 17 Juli 1933
mengungkapkan, Thamrin selalu menyampaikan pidato dengan argumen yang tepat,
yang membuat darah tukang lobi anti-Indonesia Merdeka, seperti Fruin dan
Zentgraaff jadi mendidih.
Thamrin menggunakan kesempatan secara brilian untuk menarik
perhatian sungguh-sungguh terhadap apa yang "sebenarnya hidup dalam kalbu
pergerakan seluruhnya". Thamrin berbicara tentang kebenaran dan melakukan
pekerjaan sepenuh hati dalam situasi begitu sulit bagi pergerakan. Dalam
berdebat yang penting argumen kuat, Thamrin sendiri tidak pernah menggunakan
kata-kata tajam dan keras.
Ada sebuah pernyataan MH Thamrin yang disampaikan 70 tahun
silam, namun masih terasa kebenarannya sampai sekarang meski pemerintah telah
gonta-ganti: "Satu hal yang dapat dipastikan bahwa rasa keadilan yang
dibangun dewasa ini sangatlah sulit dicari. Kepercayaan terhadap keputusan
pengadilan termasuk salah satu sandaran utama negara yang sangat penting,
tetapi dengan banyaknya keraguan terhadap kenetralan institusi pengadilan, maka
pemerintah akan kehilangan salah satu pilar terkuat untuk memelihara kedaulatan
hukum." (Handelingen Volksraad, 1930-1931).
Thamrin dianggap berbahaya oleh Pemerintahan Hindia Belanda dikarenakan pada saat ulang tahun Ratu Willhemina, beliau tidak mengibarkan bendera Belanda di rumahnya pada 31 Agustus 1940. Atas perlakuannya beliau dikenakan sanksi sebagai Tahanan Rumah karena dianggap tidak setia dengan Belanda.
ciri-ciri uang baru pecahan Rp. 2000, |
Pada tanggal 11 Januari 1941 Muhammad Husni Thamrin wafat,
setelah sakit beberapa waktu lamanya. Akan tetapi beberapa saat sebelum
kewafatannya, pemerintah kolonial telah melakukan tindakan "sangat kasar" terhadap
dirinya. Dalam keadaan sakit, ia harus menghadapi perlakuan kasar itu, yaitu
rumahnya digeledah oleh polisi-polisi rahasia Belanda (PID). Ia memprotesnya,
akan tetapi tidak diindahkan. Sejak itu rumahnya dijaga ketat oleh PID dan tak
seorangpun dari rumahnya yang diperbolehkan meninggalkan rumah tanpa seizin
polisi, juga termasuk anak perempuannya
yang masih juga tidak diperkenankan meninggalkan rumahnya, sekalipun utntuk
pergi ke sekolah. Tindakan polisi
Belanda itu tentulah sangat menekan perasaannya dan menambah parah sakitnya.
Wafatnya Muhammad Husni Thamrin tentulah sangat besar artinya bagi bangsa
Indonesia. Bangsa Indonesia telah kehilangan
salah seorang pemimpinnya yang cerdas dan berwibawa
0 comments:
Post a Comment