Sunday 25 December 2016

Tentang Pahlawan Mohammad Hoesni Thamrin pada Gambar Mata Uang Indonesia Rp.2000,

Pada Tanggal 19 Desember 2016 Bank Indonesia telah merilis penampilan baru Mata Uang Indonesia. Berikut ini merupakan biography atau sejarah tentang Pahlawan Mohammad Hoesni Thamrin pada Gambar Mata Uang Rp. 2000, 


Tentang Pahlawan Mohammad Hoesni Thamrin pada Gambar Mata Uang Indonesia Rp.2000,
Mohammad Hoesni Thamrin

Biografi


Lahir di Sawah Besar, Jakarta 16 Februari 1894. Pendidikan Institut Bosch Koning willem III.


Thamrin adalah tokoh Betawi yang memiliki darah Belanda dari kakeknya, sedangkan ayahnya seorang Wedana tahun 1908 di bawah Bupati. Setelah menyelesaikan pendidikannya di sebuah sekolah Belanda Koning Willem II, Thamrin bekerja di kepemerintahan sebelum akhirnya bekerja di perusahaan perkapalan Koniklijke Paketvaart-Maatschappij tahun 1927.

Thamrin terpilih menjadi Dewan Kota Jakarta di tahun 1919 kemudian tahun 1935 dipercaya menjadi anggota Volksraad dewan rakyat mewakili kelompok Probumi/Inlander, tahun 1939 melalui mosinya meminta Indonesia, Indonesisch, dan Indonesier (Indonesia, Bahasa Indonesia, dan Rakyat Indonesia) digunakan sebagai pengganti Nederlands Indie, Nederlands Indische dan Inlander. Berasal dari keluarga menengah dengan sebagian darah Belanda mengaliri tubuhnya tak membuat luntur Thamrin membela rakyat Indonesia, di dalam Volksraad sering kali dia menunjukkan perlawanan akan kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada Indonesia dan hanya menguntungkan Belanda seperti pembangunan perumahan elit Menteng dengan anggaran prioritas daripada perbaikan perkampungan kumuh, juga penetapan harga beli komoditas hasil rakyat yang lebih rendah daripada hasil perkebunan swasta Belanda, juga terkait pajak serta anggaran untuk angkatan perang yang jauh lebih tinggi daripada anggaran untuk pertanian.

***

Sahabat Soekarno ini juga aktif di organisasi Partai Indonesia Raya (Parindra) sejak bergabung tahun 1935 bahkan tahun 1938 terpilih sebagai Ketua saat dokter Sutomo. Husni Thamrin merupakan salah satu pelopor bergabungnya 4 organisasi nasional dalam 1 nama Gaboengan Politiek Indonesia (GAPI) di bulan Mei 1939 yang memiliki 4 tujuan utama: Indonesia menentukan nasib sendiri, persatuan nasional, pemilihan secara demokrasi, dan solidaritas antara warga Indonesia dan Belanda untuk memerangi fasisme.

Thamrin sering disebut satu napas dengan Bung Karno. Ia hadir saat Soekarno diadili, kala dijebloskan ke penjara, saat Bung Karno dibuang ke Ende. Belanda menghukum Thamrin dengan tahanan rumah justru setelah Soekarno berkunjung ke rumahnya. Dengan demikian, Thamrin menjadi tali penghubung (trait d'union) kelompok pergerakan yang kooperatif dan nonkooperatif, juga antara kelompok pergerakan dengan Volksraad (Dewan Perwakilan Rakyat era HindiaBelanda).

Bila Bung Karno berpidato soal makro, seperti falsafah dan ideologi negara, Thamrin menukik kepada persoalan mikro, seperti kampung yang becek tanpa penerangan dan masalah banjir. Ia memprotes mengapa perumahan elite Menteng yang diprioritaskan pembangunannya, sedangkan kampung kumuh diabaikan. Ia mempersoalkan harga kedelai, gula, beras, karet rakyat, kapuk, kopra, dan semua komoditas yang dihasilkan rakyat. Ia berbicara tentang pajak dan sewa tanah.
Bersama anggota lain di Volksraad, Thamrin mempertanyakan anggaran pertanian yang hanya 57 juta gulden, sedangkan angkatan darat, laut, dan polisi 174 juta gulden.
Ia sering kalah dalam pemungutan suara, tetapi tetap mengajukan mosi bila ada aturan Pemerintah Hindia Belanda yang merugikan perjuangan kaum pergerakan. Thamrin memang kooperatif, tapi tidak berdasar loyalitas Belanda. Ia tahu persis bagaimana beroposisi secara santun. Kaum Betawi yang didirikan tidak begitu berkembang. Walau tanpa organisasi politik, ia mampu meniti karier politik di Dewan Rakyat.
Thamrin bukanlah kooperatif tanpa reserve. Ia memiliki prinsip, sebagaimana tercermin dalam pernyataannya "Nasionalis kooperatif dan nonkooperatif memiliki satu tujuan bersama yang sama-sama yakin pada Indonesia Merdeka! Jika kami kaum kooperator merasa bahwa pendekatan kami tidak efektif, maka kami akan menjadi yang pertama mengambil arah kebijakan politik yang diperlukan." (Handelingen Volkraad, 1931-1932)

Menurut surat kabar Bintang Timur (15/07/1933), Thamrin adalah kampiun kaum nasionalis di Volksraad yang tak diragukan, yang berani mengingatkan pemerintah dalam banyak isu penting. Koran Adil 17 Juli 1933 mengungkapkan, Thamrin selalu menyampaikan pidato dengan argumen yang tepat, yang membuat darah tukang lobi anti-Indonesia Merdeka, seperti Fruin dan Zentgraaff jadi mendidih.
Thamrin menggunakan kesempatan secara brilian untuk menarik perhatian sungguh-sungguh terhadap apa yang "sebenarnya hidup dalam kalbu pergerakan seluruhnya". Thamrin berbicara tentang kebenaran dan melakukan pekerjaan sepenuh hati dalam situasi begitu sulit bagi pergerakan. Dalam berdebat yang penting argumen kuat, Thamrin sendiri tidak pernah menggunakan kata-kata tajam dan keras.

Ada sebuah pernyataan MH Thamrin yang disampaikan 70 tahun silam, namun masih terasa kebenarannya sampai sekarang meski pemerintah telah gonta-ganti: "Satu hal yang dapat dipastikan bahwa rasa keadilan yang dibangun dewasa ini sangatlah sulit dicari. Kepercayaan terhadap keputusan pengadilan termasuk salah satu sandaran utama negara yang sangat penting, tetapi dengan banyaknya keraguan terhadap kenetralan institusi pengadilan, maka pemerintah akan kehilangan salah satu pilar terkuat untuk memelihara kedaulatan hukum." (Handelingen Volksraad, 1930-1931).

Thamrin dianggap berbahaya oleh Pemerintahan Hindia Belanda dikarenakan pada saat ulang tahun Ratu Willhemina, beliau tidak mengibarkan bendera Belanda di rumahnya pada 31 Agustus 1940. Atas perlakuannya beliau dikenakan sanksi sebagai Tahanan Rumah karena dianggap tidak setia dengan Belanda.

Tentang Pahlawan Mohammad Hoesni Thamrin pada Gambar Mata Uang Indonesia Rp.2000,
ciri-ciri uang baru pecahan Rp. 2000,


Pada tanggal 11 Januari 1941 Muhammad Husni Thamrin wafat, setelah sakit beberapa waktu lamanya. Akan tetapi beberapa saat sebelum kewafatannya, pemerintah kolonial telah melakukan  tindakan "sangat kasar" terhadap dirinya. Dalam keadaan sakit, ia harus menghadapi perlakuan kasar itu, yaitu rumahnya digeledah oleh polisi-polisi rahasia Belanda (PID). Ia memprotesnya, akan tetapi tidak diindahkan. Sejak itu rumahnya dijaga ketat oleh PID dan tak seorangpun dari rumahnya yang diperbolehkan meninggalkan rumah tanpa seizin polisi, juga termasuk anak  perempuannya yang masih juga tidak diperkenankan meninggalkan rumahnya, sekalipun utntuk pergi ke sekolah. Tindakan  polisi Belanda itu tentulah sangat menekan perasaannya dan menambah parah sakitnya. Wafatnya Muhammad Husni Thamrin tentulah sangat besar artinya bagi bangsa Indonesia. Bangsa  Indonesia telah kehilangan salah seorang pemimpinnya yang cerdas dan berwibawa

0 comments:

Post a Comment