Saturday, 24 December 2016

Tentang Pahlawan Tjut Meutiah pada Gambar Mata Uang Indonesia Rp.1000,

Pada Tanggal 19 Desember 2016 Bank Indonesia telah merilis penampilan baru Mata Uang Indonesia. Berikut ini merupakan biography atau sejarah tentang Pahlawan Tjut Meutiah pada Gambar Mata Uang Rp. 1000,


Tentang Pahlawan Tjut Meutiah pada Gambar Mata Uang Indonesia Rp.1000,
Mata Uang Rp. 1000



Tjut Meutiah atau Cut Nyak Mutiah merupakan pahlawan nasional yang berasal dari Aceh yang lahir pada tahun 1870 dan telah gugur pada 24 Oktober 1910.

Selain memiliki nama yang indah (Meutia) Cut Meutia juga berparas cantik, serta bentuk tubuh yang ideal menyertainya. Seperti yang diungkapkan seorang penulis Belanda: Cut Meutia bukan saja amat cantik, tetapi ia juga memiliki tubuh yang menggoda dan menggairahkan. Dengan mengenakan pakaian adatnya yang indah-indah menurut kebiasaan wanita di Aceh dengan silueue (celana) sutera bewarna hitam dan baju dikancing perhiasan-perhiasan emas di dadanya serta tertutup ketat, dengan rambutnya yang hitam pekat dihiasi ulee cemara emas (sejenis perhiasan rambut) dengan gelang di kakinya yang melingkar pergelangan lunglai, wanita itu benar-benar seorang bidadari. (H.C Zentgraaff, 1983: 151)


Latar Belakang Keluarga

Cut Meutia adalah putri dari ayah yang bernama Teuku Ben Daud Pirak dan ibu Cut Jah. Cut meutia adalah putri satu-satunya dari empat saudara laki-laki yang lainnya yaitu:Teuku Cut Beurahim disusul kemudian Teuku Muhammadsyah, Teuku Cut Hasan dan Teuku Muhammad Ali. Ayahnya adalah seorang Uleebalalang di desa Pirak yang berada dalam daerah keuleebalangan Keureutoe.

Cut meutia lahir di daerah Uleebalang Pirak, daerah yang berdiri sendiri karena daerah ini mempunyai pemerintahan dan kehakiman tersendiri sehingga dapat memutuskan perkara-perkara dalam tingkat yang rendah. Saat daerah Uleebalang Pirak di bawah kepemimpinan Teuku Ben Daud (ayah Cut Meutia) suasana penuh dengan ketenangan dan kedamaian. Sebagai seorang yang bijaksana perhatian Teuku Ben Daud selalu tertumpah pada rakyatnya karena selain sebagai Uleebalang dia juga dikenal sebagai seorang ulama yang sampai akhir hayatnya tidak mau tunduk dan patuh pada Belanda, tidaklah mengherankan jika sifat kesatria itu terbina dalam diri Cut Meutia.


Perjuangan Terhadap Belanda


Tjut Meutiah telah melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad (Teuku Tjik Tunong). Namun pada bulan Maret 1905, Tjik Tunong berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati di tepi pantai Lhokseumawe. Sebelum meninggal, Teuku Tjik Tunong berpesan kepada sahabatnya Pang Nagroe agar mau menikahi istrinya dan merawat anaknya Teuku Raja Sabi.

Tjoet Meutia kemudian menikah dengan Pang Nagroe sesuai wasiat suaminya dan bergabung dengan pasukan lainnya dibawah pimpinan Teuku Muda Gantoe. Pada suatu pertempuran dengan Korps Marechausée di Paya Cicem, Tjoet Meutia dan para wanita melarikan diri ke dalam hutan. Pang Nagroe sendiri terus melakukan perlawanan hingga akhirnya tewas pada tanggal 26 September 1910.

Tjoet Meutia kemudian bangkit dan terus melakukan perlawanan bersama sisa-sisa pasukkannya. Ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil bergerak menuju Gayo melewati hutan belantara. Namun pada tanggal 24 Oktober 1910, Tjoet Meutia bersama pasukkannya bentrok dengan Marechausée di Alue Kurieng. Dalam pertempuran itu Tjoet Njak Meutia gugur.







0 comments:

Post a Comment